Pada hari Minggu, 8 Desember, Daniel B. Shapiro, Wakil Asisten Menteri Pertahanan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, menegaskan bahwa kehadiran militer Amerika akan tetap berlanjut di wilayah timur Suriah.
Ia menjelaskan bahwa tujuan utama dari kehadiran ini adalah untuk memastikan kekalahan kelompok teroris ISIS, tanpa melibatkan isu-isu lain yang terkait dengan konflik yang tengah berlangsung. Dalam pernyataannya, Shapiro merujuk pada ISIS sebagai kelompok teroris yang sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak pada tahun 2014.
Shapiro juga menyerukan agar semua pihak di Suriah berkomitmen untuk melindungi warga sipil, terutama dari komunitas minoritas, serta menghormati norma-norma internasional yang berlaku dalam upaya mencapai resolusi yang bersifat politik.
Ia menekankan bahwa berbagai aktor dalam konflik ini memiliki catatan yang sangat memprihatinkan, termasuk tindakan kejam yang dilakukan oleh rezim Assad, pengeboman sembarangan oleh Rusia, keterlibatan milisi yang didukung Iran, serta kekejaman yang diperagakan oleh ISIS.
Meskipun demikian, Shapiro berhati-hati dalam pernyataannya mengenai nasib Presiden Bashar al-Assad dan tidak secara langsung menuduh bahwa rezimnya telah digulingkan oleh pemberontak. Ia hanya menyatakan, “Jika itu benar-benar terjadi, seharusnya tidak ada yang merasa sedih atas kejatuhan rezim Assad. ”